‘’Kenapa ya gue nggak bisa sepintar dia?’’
‘’Kenapa ya gue nggak secantik dia?’’
‘’Kenapa sih gue masih gini-gini aja?‘’
dan masih banyak ‘’kenapa’’ yang lainnya.
Pasti kalian pernah bicara seperti itu kan? Hayo ngaku
deh!
Kadang, kita terlalu
sibuk untuk menjadi yang sempurna di mata orang lain, sampai kita lupa sama
diri kita yang sebenarnya. Memang betul, di lingkungan kita sendiri pun tidak
banyak yang dapat menerima diri kita yang asli. Tetapi, kalau kita selalu menunjukan
hal yang ‘’palsu’’, lalu kapan kita bisa menjadi diri sendiri?
KENAPA KITA SULIT
UNTUK MENERIMA DIRI SENDIRI?
Menurut Elizabeth Hurlock, penerimaan diri adalah suatu
tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala
karakteristik yang dimiliki dirinya. Individu yang dapat menerima dirinya
diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan dirinya sendiri. Menurut
Abraham Maslow, individu yang sudah mencapai tingkat Self-actualization dalam
Hierarki Kebutuhan, ciri-cirinya adalah dapat menerima dirinya dan orang lain
apa adanya. Untuk mencapainya, tiap individu harus memenuhi setiap tingkatan
Hierarki Kebutuhan dalam dirinya, sehingga dapat mencapai kebahagiaan pada
tingkat puncak.
Kenapa kita sulit menerima diri sendiri? Karena, kita
belum mampu untuk mencapai tingkat Self-actualization, sehingga kita selalu
membandingkan kemampuan diri kita dengan kemampuan orang lain. Sadar tidak,
kalau sebenarnya setiap manusia itu punya keunikannya masing-masing? Tetapi,
sering kali kita lupa atau bahkan tidak menyadari hal tersebut. Sehingga,
kita tidak percaya dengan diri kita sendiri.
‘’Kita kecewa dalam
hidup ini, karena kita selalu
menaruh diri kita di
bawah, dan selalu menilai kebahagiaan orang
menurut penilaian kita
dari apa yang kita lihat.’’
– Adolf Hitler.
HMMM.. SEBERAPA PENTING PENERIMAAN DIRI
ITU?
Menurut seorang Psikolog Klinis Amerika, dr.
Martin Seligman, Ph.D., kebahagiaan sesungguhnya merupakan hasil penilaian
terhadap diri dan hidup yang berasal dari emosi positif dan diperoleh dengan
aktivitas-aktivitas yang bersifat postif. Ingat ya, hidup ini bukan sebuah pertandingan, tidak ada yang
menang ataupun yang kalah. Kalau kita ingin
bahagia, kita harus berhenti untuk membandingkan hidup kita dan hidup orang
lain dengan cara menerima diri kita secara seutuhnya. Yakin bahwa semua orang
punya ‘waktu’ suksesnya masing-masing. Jadi, penerimaan diri itu sangat penting
sebagai dasar untuk mencapai kebahagiaan.
LALU, BAGAIMANA CARA AGAR KITA DAPAT
MENERIMA DIRI KITA SEUTUHNYA?
Seperti apa yang
dikatakan oleh dr. Martin Seligman, Ph.D., bahwa kebahagiaan diperoleh dengan
aktivitas-aktivitas positif. Simak berikut ini ya!
A. Masa Lalu. Sebelum kita melangkah lebih jauh, kita harus memaafkan kesalahan
yang terjadi di masa lalu. Kalau tidak, kita akan terus merasa bersalah dan
tidak dapat melanjutkan hidup dengan tenang. Petik hikmahnya, semua hal terjadi
karena sebuah alasan. Ikhlaskan atas semua hal yang telah terjadi walau tidak sesuai dengan harapan. Mulailah untuk bersyukur dengan hal yang sudah kita miliki saat ini.
B. Masa Sekarang. Kita harus membuat tujuan untuk setiap hal yang
dilakukan, agar waktu kita tidak terbuang dengan sia-sia. Lakukan hobi kita di
waktu senggang yang membuat bahagia, misalnya bermain alat musik. Belajarlah
untuk menjadi pendengar yang baik, kurangi sifat mementingkan diri sendiri, dan
berhentilah mendengar komentar negatif dari orang lain. Karena, belum tentu
semua komentar dari orang lain itu benar adanya, kita wajib saring lagi mana
yang harus di terima dan mana yang harus di hiraukan komentar tersebut. Hal
terpenting adalah, cintai diri kita sepenuhnya. Jangan biarkan orang lain
menyakiti, karena kita sangat berharga dan kita berhak untuk bahagia. Tidak ada
yang bisa membuat kita bahagia, sampai kita sendiri bahagia dengan diri kita
terlebih dahulu.
C. Masa Depan. Buatlah rencana untuk di masa depan dan ubah
pandangan kita menjadi optimis. Percayalah, bahwa usaha tidak akan menghinati
hasil. Kita harus terus bekerja keras untuk mewujudkan semua impian dan harapan
kita di masa depan.
Jadi, cari tahu apa
kekurangan dan kelebihan yang kita miliki, sehingga kita dapat mengetahui
batas-batasan yang mampu kita lakukan dan menjadikan kekurangan tersebut
sebagai bentuk hal 'unik' yang hanya di miliki oleh kita, serta tidak
membandingkannya dengan orang lain. Agar kita dapat mengenal diri kita, serta
dapat menerima dengan seutuhnya.
‘’Jika anda tidak pernah mengeluarkan potensi anda sesungguhnya, anda akan tidak bahagia seumur hidup anda.’’
– Abraham Maslow.
Sekian penjelasan
tentang self-acceptance dari saya, semoga kita semua dapat mencitai diri kita
sendiri sebelum kita mencintai orang lain. :)
Artikel ini saya buat
untuk memenuhi tugas kuliah dan saya ingin berbagi dengan kalian, semoga
bermanfaat ya.
Samyang alias salam
sayang dari,
Nabila.
