Sabtu, 20 April 2019

Berekspektasi Malah Buat Masalah?


Hidup itu harus berekspektasi tinggi atau malah harus let it flow saja?
eks.pek.ta.si /èkspèktasi/
·     pengharapan: -- publik terhadap permainannya sangat tinggi

Ekspektasi atau harapan adalah sebuah kenginan kita yang harus di buktikan dengan tindakan nyata. Banyak orang yang berekspektasi tinggi, tetapi tidak mau membayarnya dengan harga yang mahal. Nyatanya, tidak ada yang gratis di dunia ini. Karena itu, masalah kerap datang di hidup ini. Sukanya berekspektasi tinggi, tetapi kerjaannya hanya mengeluh saja.

Jangan Berharap Pada Hal Yang Tidak Bisa Kita Kendalikan
Suatu hari, saat aku sedang menunggu obat di Apotek, tidak sengaja berbincang-bincang dengan seorang ibu di sana. Sebelum beliau menikah, ia mengatakan ''Mungkin kalau kita menikah, dia pasti akan berubah menjadi orang yang baik.'' Ibu tersebut menikah dengan lelaki yang suka main tangan, dan ia berharap ketika menikah nanti, suami nya akan berubah. Nyatanya, mengubah seorang manusia tidak semudah itu. Lalu, siapa yang salah? Jelas bukan suami beliau, yang salah adalah ekspektasi yang ibu sendiri tersebut ciptakan.
Kurang lebih, ini inti pesan yang beliau sampaikan kepada ku, ''Ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan di dunia ini. Karena itu, kita harus fokus kepada hal yang bisa kita kendalikan, yaitu diri kita sendiri. Jangan pernah menaruh sebuah harapan kepada orang lain walau sekecil apa pun. Karena itu adalah hal termudah untuk menyiksa diri kita sendiri.''

STOP COMPARING YOURSELF WITH OTHERS!
Kemarin, iya kemarin. Aku dapat kabar kalau teman kecil ku akan menikah dan aku turut berbahagia dengan itu. Sepuluh tahun yang lalu, kami masih bermain karet dan mengerjakan PR MTK bersama. Kami suka berbagi cerita, berbagi kesenangan, bahkan berbagi mimpi. Setelah mendengar berita itu, sejenak aku berpikir ‘’Bagaimana dengan diri ku? Dia sudah mampu untuk membangun sebuah rumah tangga, sedangkan aku masih bergulat dengan mata kuliah statistika dalam ilmu psikologi yang sulit di mengerti ini.’’ Lalu aku segera tersadar, bahwa setiap orang punya ‘’waktunya’’ masing-masing. Ada orang yang seumur dengan ku sudah menikah, sudah jadi CPNS, sudah bekerja, atau bahkan baru memulai untuk kuliah. Tugas sekarang adalah, fokus melakukan hal yang akan mewujudkan impian ku di masa depan. Jika memaksakan sesuatu yang belum waktunya, mungkin akan terjadi hal yang tidak baik. Fokus saja untuk menata diri sebaik mungkin, agar anak-anak mu kelak, bangga mempunyai orang tua seperti diri mu (dan juga diri ku).

Lakukan Yang Terbaik, Lalu Biarkan Tuhan Yang Bekerja
          Pernah dengar nggak, bahwa sesuatu yang berharga, tidak di dapatkan dengan mudah? Ya, aku percaya sekali dengan itu. Aku percaya jika ingin mendapatkan hal yang berharga, kamu harus mengorbankan sesuatu yang berharga pula. Misalnya saja, jika kamu ingin dapat IP yang besar. Maka kamu juga harus mengorbankan waktu mu untuk main bersama teman atau bahkan untuk sekadar nonton drama korea, harus kamu relakan di isi dengan belajar. Ini berlaku untuk segala hal ya. Jika kamu sudah mengusahakan yang terbaik, maka saatnya untuk Tuhan yang bekerja. Sekalipun orang yang selalu beruntung dan bekerja keras di dunia ini, mereka butuh bantuanNya. Sebab, ada hal di dunia ini yang memang tidak bisa di kendalikan. Turunkan ego mu, jangan jadi manusia yang sombong. Sebagai orang yang beragama, kita di ajarkan untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Lalu, serahkan dan ikhlaskan semua hasilnya kepada Yang Maha Kuasa. 

THIS IS FOR YOU
                Tetap lakukan hal yang menurut mu benar dan sesuai dengan norma yang kau anut. Dulu aku berpikir, ‘’kalau aku punya ini dan itu, pasti aku bahagia’’. Tapi ternyata pikiran ku itu salah. It’s not happy people who are thankful, but it’s thankful people who are happy. Maka dari itu, mulailah untuk bersyukur atas setiap nikmat yang telah Tuhan berikan.  Just be yourself, jangan biarkan diri mu menjadi orang lain hanya karena kamu ingin membuat orang lain suka  dan bahagia dengan mu. Sebelum sampai di tahap membahagiakan orang lain, kamu harus bahagia terlebih dahulu dengan diri mu sendiri. Berekspektasi tidak akan membuat masalah, jika kau berekspektasi pada hal yang tepat, yaitu pada diri mu sendiri. Sebab dengan berekspektasi, kau bisa belajar untuk berkembang menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Hanya orang pesimis yang menganut let it flow pada hidupnya, karena harga ikan salmon akan setara dengan ikan mas jika ia berenang mengikuti arus.
Seperti kata Bung Karno,
                  ‘’Bermipilah setinggi langit. Jika engkau jatuh,
                    engkau akan jatuh diantara bintang-bintang.’’

Terakhir, tanyakan pada dirimu:

ARE YOU THE PERSON YOU WANT YOURSELF TO BE?

Kalau kau jawab iya, aku turut berbahagia.
Jika belum, silahkan kenali lagi siapa diri mu yang sebenarnya.
Remember, be honest to yourself. 


salam sayang,
Nabila Fitriyeaaaaah.
                        

Jumat, 01 Maret 2019

Self-acceptance, kenapa sulit ya?


‘’Kenapa ya gue nggak bisa sepintar dia?’’
‘’Kenapa ya gue nggak secantik dia?’’
‘’Kenapa sih gue masih gini-gini aja?‘’
dan masih banyak ‘’kenapa’’ yang lainnya.
Pasti kalian pernah bicara seperti itu kan? Hayo ngaku deh!

Kadang, kita terlalu sibuk untuk menjadi yang sempurna di mata orang lain, sampai kita lupa sama diri kita yang sebenarnya. Memang betul, di lingkungan kita sendiri pun tidak banyak yang dapat menerima diri kita yang asli. Tetapi, kalau kita selalu menunjukan hal yang ‘’palsu’’lalu kapan kita bisa menjadi diri sendiri?

KENAPA KITA SULIT UNTUK MENERIMA DIRI SENDIRI?
Menurut Elizabeth Hurlock, penerimaan diri adalah suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik yang dimiliki dirinya. Individu yang dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan dirinya sendiri.  Menurut Abraham Maslow, individu yang sudah mencapai tingkat Self-actualization dalam Hierarki Kebutuhan, ciri-cirinya adalah dapat menerima dirinya dan orang lain apa adanya. Untuk mencapainya, tiap individu harus memenuhi setiap tingkatan Hierarki Kebutuhan dalam dirinya, sehingga dapat mencapai kebahagiaan pada tingkat puncak.

Kenapa kita sulit menerima diri sendiri? Karena, kita belum mampu untuk mencapai tingkat Self-actualization, sehingga kita selalu membandingkan kemampuan diri kita dengan kemampuan orang lain. Sadar tidak, kalau sebenarnya setiap manusia itu punya keunikannya masing-masing? Tetapi, sering kali kita lupa atau bahkan tidak menyadari hal tersebut. Sehingga, kita tidak percaya dengan diri kita sendiri.

‘’Kita kecewa dalam hidup ini, karena kita selalu
menaruh diri kita di bawah, dan selalu menilai kebahagiaan orang
menurut penilaian kita dari apa yang kita lihat.’’
– Adolf Hitler.

HMMM.. SEBERAPA PENTING PENERIMAAN DIRI ITU?   
Menurut seorang Psikolog Klinis Amerika, dr. Martin Seligman, Ph.D., kebahagiaan sesungguhnya merupakan hasil penilaian terhadap diri dan hidup yang berasal dari emosi positif dan diperoleh dengan aktivitas-aktivitas yang bersifat postif. Ingat ya, hidup ini bukan sebuah pertandingan, tidak ada yang menang ataupun yang kalah. Kalau kita ingin bahagia, kita harus berhenti untuk membandingkan hidup kita dan hidup orang lain dengan cara menerima diri kita secara seutuhnya. Yakin bahwa semua orang punya ‘waktu’ suksesnya masing-masing. Jadi, penerimaan diri itu sangat penting sebagai dasar untuk mencapai kebahagiaan.

LALU, BAGAIMANA CARA AGAR KITA DAPAT MENERIMA DIRI KITA SEUTUHNYA?
Seperti apa yang dikatakan oleh dr. Martin Seligman, Ph.D., bahwa kebahagiaan diperoleh dengan aktivitas-aktivitas positif. Simak berikut ini ya!

A. Masa LaluSebelum kita melangkah lebih jauh, kita harus memaafkan kesalahan yang terjadi di masa lalu. Kalau tidak, kita akan terus merasa bersalah dan tidak dapat melanjutkan hidup dengan tenang. Petik hikmahnya, semua hal terjadi karena sebuah alasan. Ikhlaskan atas semua hal yang telah terjadi walau tidak sesuai dengan harapan. Mulailah untuk bersyukur dengan hal yang sudah kita miliki saat ini.

B. Masa Sekarang. Kita harus membuat tujuan untuk setiap hal yang dilakukan, agar waktu kita tidak terbuang dengan sia-sia. Lakukan hobi kita di waktu senggang yang membuat bahagia, misalnya bermain alat musik. Belajarlah untuk menjadi pendengar yang baik, kurangi sifat mementingkan diri sendiri, dan berhentilah mendengar komentar negatif dari orang lain. Karena, belum tentu semua komentar dari orang lain itu benar adanya, kita wajib saring lagi mana yang harus di terima dan mana yang harus di hiraukan komentar tersebut. Hal terpenting adalah, cintai diri kita sepenuhnya. Jangan biarkan orang lain menyakiti, karena kita sangat berharga dan kita berhak untuk bahagia. Tidak ada yang bisa membuat kita bahagia, sampai kita sendiri bahagia dengan diri kita terlebih dahulu.

C. Masa Depan. Buatlah rencana untuk di masa depan dan ubah pandangan kita menjadi optimis. Percayalah, bahwa usaha tidak akan menghinati hasil. Kita harus terus bekerja keras untuk mewujudkan semua impian dan harapan kita di masa depan.

Jadi, cari tahu apa kekurangan dan kelebihan yang kita miliki, sehingga kita dapat mengetahui batas-batasan yang mampu kita lakukan dan menjadikan kekurangan tersebut sebagai bentuk hal 'unik' yang hanya di miliki oleh kita, serta tidak membandingkannya dengan orang lain. Agar kita dapat mengenal diri kita, serta dapat menerima dengan seutuhnya.

‘’Jika anda tidak pernah mengeluarkan potensi anda sesungguhnya, anda akan tidak bahagia seumur hidup anda.’’   
– Abraham Maslow.

Sekian penjelasan tentang self-acceptance dari saya, semoga kita semua dapat mencitai diri kita sendiri sebelum kita mencintai orang lain. :)
Artikel ini saya buat untuk memenuhi tugas kuliah dan saya ingin berbagi dengan kalian, semoga bermanfaat ya.

Samyang alias salam sayang dari,
Nabila.        
Hasil gambar untuk gif we bare bears bergerak